Restory: 17 YEARS OF LOVE karya Orizuka – 17 Tahun Cinta yang Tak Pernah Pudar

 

Selamat datang kembali di Restory, segmen khusus yang menyajikan rangkuman cerita novel populer secara singkat, padat, dan menyentuh. Kali ini, kita akan mengulas novel "17 Years of Love" karya Orizuka, sebuah kisah cinta remaja yang berubah menjadi perjalanan emosional selama 17 tahun.


Awal Pertemuan Leo dan Nana di Purwakarta

Cerita dimulai dengan Leo, tokoh utama pria, yang harus pindah ke Purwakarta karena perceraian orang tuanya. Leo dikenal sebagai sosok apatis, tertutup, dan enggan berinteraksi. Semua berubah saat ia bertemu Nana, seorang gadis ceria yang menggunakan kursi roda karena kelumpuhan, di tengah padang ilalang sekolah.

Pertemuan mereka yang awalnya tak disengaja mulai berkembang menjadi pertemanan yang hangat. Leo, yang hobi bermain baseball, mulai membuka diri dan bahkan mengajarkan Nana tentang olahraga kesukaannya. Nana yang percaya diri menyebut dirinya sebagai “kembang desa” membuat Leo betah tinggal di kampung.

Persahabatan yang Menjadi Lebih Dalam

Kedekatan mereka terus tumbuh. Nana mulai memasak bekal untuk Leo. Suatu hari, pada ulang tahun Nana, Leo mengajaknya ke pantai tanpa sepengetahuan siapa pun. Kejadian ini membuat ayah Nana, Tono, marah besar, meskipun Nana sudah menjelaskan bahwa itu adalah hadiah ulang tahunnya.

Setelah kejadian tersebut, Leo mulai dijauhi oleh teman-temannya. Ia juga dilarang berinteraksi dengan Nana oleh Tono, yang merasa bahwa “dunia mereka berbeda.”

Perpisahan dan Janji Tak Terucap

Menginjak kelas XII, Leo tetap berusaha mendekati Nana. Salah satu dialog menyentuh dari Nana adalah:

“Selama kita berpijak di tanah yang sama, kita di dunia yang sama. Duniaku, duniamu.”

Namun, tak lama kemudian, Asti, ibu Leo yang seorang dokter, memutuskan agar mereka kembali ke Jakarta. Leo mengabarkan kepergiannya pada Nana, berjanji akan tetap kembali.

Setiap liburan, Leo kembali ke kampung demi Nana. Namun, tragedi menimpa. Dalam perjalanan ke Jakarta, Nana dan orangtuanya mengalami kecelakaan. Kedua orangtua Nana meninggal dunia di tempat.

Pertemuan Kembali dan Luka Lama

Beberapa tahun kemudian, Leo kuliah di Jakarta dan bergabung dengan tim baseball kampus. Ia menjalin hubungan dengan Raras, sepupu temannya. Saat mencari bunga untuk ulang tahun Raras, Leo tanpa sengaja bertemu kembali dengan Nana, yang kini tinggal bersama bibi dan pamannya di Jakarta.

Leo mengundang Nana untuk menonton pertandingan baseball. Namun, kecemburuan Raras memicu konflik. Nana merasa tak nyaman dan memutuskan pergi, bahkan sampai terluka.

Leo kemudian meminta maaf pada keluarga Nana dan menyadari bahwa hatinya masih tertambat pada gadis di kursi roda itu. Ia akhirnya putus dengan Raras dan kembali kepada Nana.

Pernikahan dan Janji Sehidup Semati

Leo dan Nana menikah, meski Nana merasa ragu. Ia merasa Leo pantas mendapatkan seseorang yang “lebih baik.” Namun, Leo tetap teguh memilih Nana sebagai istrinya. Mereka menjalani kehidupan rumah tangga sederhana, dengan Leo bekerja di sebuah perusahaan arsitektur.

Tak lama, Nana dinyatakan hamil, tetapi ia juga mengidap anemia kronis. Rahma, sahabat lama mereka yang kini menjadi bidan, memperingatkan risiko yang bisa mengancam nyawa Nana dan janinnya. Nana memutuskan merahasiakan penyakitnya dari Leo.

“Ma, selama ini Leo yang selalu berjuang untuk saya. Untuk kali ini, saya ingin berjuang untuk dia.”

Akhir yang Menggetarkan Hati

Saat Rahma membawanya ke rumah sakit, Nana mengalami persalinan prematur. Ia kehilangan banyak darah dan akhirnya meninggal dunia. Leo yang datang terlambat hanya bisa menangis di samping jasad istrinya, menolak melihat puteri mereka.

Selama sebulan, Leo terpuruk. Ia bahkan menyalahkan bayi perempuan mereka karena kehilangan Nana. Hingga akhirnya Rahma mengungkapkan kebenaran: Nana mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan sang anak.

Leo sadar. Ia menemui puterinya dan memberinya nama Lena.

17 Tahun Cinta yang Tak Pernah Usai

Beberapa tahun kemudian, Leo dan Lena pergi ke pantai—tempat kenangan indah bersama Nana. Lena memandang langit dan berkata kepada ibunya di awan.

Tujuh belas tahun berlalu, namun cinta mereka tetap hidup dalam kenangan dan darah daging.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 recommended self-care activities for your mental illness

Overcoming Victim Mentality: A 4-Step Battle Strategy to Transform Negative Thoughts

4 Reasons why I gave up on Hollywood as a Christian